Langsung ke konten utama

MISTERI VILLA KALIURANG

Hai teman-teman pembaca setia. Saya kembali hadir menemani malam Anda dengan cerita yang agak mistik a.k.a horor. Oke, cekidot ..

Singkat cerita, malam minggu kemarin (6.1.17) saya dan keluarga besar (satu Trah) liburan ke Kaliurang. Kami telah sepakat menyewa salah satu villa yang dekat dengan obyek Telaga Putri. Satu minggu sebelumnya, keluarga kecil saya lah yang men-survey tempat tersebut sambil mengakhiri masa liburan. Tepatnya hari Senin, 2 Januari 2017 saat cuti bersama. Saat itu saya dan keluarga sudah berhenti di villa lain, lalu berkata bahwa akan lihat-lihat dulu. Dan sampailah kami di Telaga Putri, hanya membayar tiket dan keluar lagi. Tidak sampai 1km, mobil keluarga saya berhenti dan menuju salah satu villa di dekat Telaga Putri yang terkesan "agak mendingan" dari yang lainnya. Tempat ini memang tidak terlihat horor dan catnya masih baru. Saya dan keluarga langsung turun, lalu menemui pemilik villa tersebut. Berbincang cukup lama, setelah meminta persetujuan anggota Trah yang lain, kami memberi uang muka atau dp jaminan. Saya yang duduk paling dekat dengan pemilik villa (saya di depan meja tepat) sempat mencium aroma bunga kanthil. Ternyata, di depan saya tepat ada bunga kanthil yang agak layu. Tapi saya tidak menaruh curiga sedikit pun, karena di depan kantor tersebut memang ada pohonnya. Ditambah lagi pemiliknya yang ternyata kenal dengan orang di sekitar daerah saya. Harganya cukup miring untuk menyewa 1 villa, 1 aula, dan 11 an kamar dengan tambahan 30k per bed. Saat diajak melihat, saya pun biasa saja walaupun agak sedikit parno mengingat film-film horor kebanyakan. Tapi saya tidak merasakan adanya mahluk tak kasat mata. Jadilah kami mengambil villa tersebut.

Saat perjalanan pulang, ibu saya bertanya tentang bunga kanthil itu. Tapi ibu saya juga berpikir bahwa itu hanya untuk aromatherapy.

Dan hari itu tiba. Di mana saya pulang sekolah dengan semangat menyambut liburan, bolos 2 tempat les sekaligus dan besoknya bolos mengikuti program minggu persiapan UN. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Saat saya tiba di rumah, ternyata bapak saya belum pulang dari rapat. Lalu saya berleha-leha dulu sampai jam 2. Bapak saya pulang dan menyuruh saya segera mandi sambil mengomel karena saya tidak cekatan. Dengan mood yang buruk, saya sekeluarga berangkat. Kami baru berangkat sekitar jam 4. Saya juga membawa adik dari ibu saya yang mau berkunjung ke rumah mertuanya di Jalan Kaliurang km 8. Ditambah macet, dan ban bapak saya yang bocor, kami sampai di villa sekitar jam 9 dan mendapat sisa kamar.

Setelahnya, keluarga Trah berkumpul di villa utama, bercanda dsb. Lalu saya bermain dengan keponakan untuk mengurangi sedikit rasa malas.

"Ayo tidur Mea," kata sorang tua anak kecil itu.

"Ayo tidur di mobil," ajak anak kecil itu.

Saya sendiri awalnya juga tidak mengerti mengapa bocah itu mengajak tidur di mobil. Mungkin karena kasurnya keras, pikir saya. Saya pun mengajak ibu saya untuk ke kamar. Sementara bapak dan kakak saya masih di aula mengobrol bersama saudara lainnya. Saya yang masih memakai baju panjang dan celana jeans, berganti baju biasa di kamar mandi yang membuat saya agak ragu. Saya cepat-cepat keluar dan tidur sambil membaca buku. Setelahnya, saat saya akan tidur dan menutup pintu, tiba-tiba ada suara orang seperti mengetuk jendela. Saya membuka pintu lagi, tidak ada orang. Lalu saya bertanya pada ibu saya apakah dia menggedor jendela tersebut. Ibu saya hanya diam dengan wajah usil seakan meyakinkan saya supaya jangan takut, tapi saya melihat tangan ibu saya masih di dalam selimut. Saya pun tidak curiga atau semacamnya, lalu beranjak tidur. Malamnya, saya bisa tidur walaupun beberapa kali terbangun.

Setelah esok, saya bangun dan melihat saudara-saudara saya bersiap-siap akan berjalan pagi. Saya tidak berniat karena malas, dan memutuskan untuk tiduran saja sambil bermain HP. Sendirian. Setelah sekitar 3 jam, saya memutuskan untuk keluar juga dan menyusul bersama saudara saya yang ada di sana. Tak lama, kami kembali ke villa bersama-sama dan saya memutuskan untuk ke kamar lagi. Lagi-lagi sendiri dan tidak ada perasaan apapun. Saat semua sudah packing dan sedang sarapan, bapak saya tiba-tiba datang dan berkata bahwa ada salah satu saudara saya yang kerasukan. Awalnya saya tidak percaya karena bapak saya memang iseng. Tapi saya disuruh membuktikanya dan datang ke villa utama. Ternyata benar, di sana ada kamar yang ditutup dan banyak orang. Kata bapak saya, orang yang kerasukan itu berkata, "ampun mbah, ampun,". Oh iya, ada bagian yang terlewat. Saat sarapan tadi kakak saya berkata bahwa sanak saudara saya yang mengajak tidur di mobil itu melihat topeng di kamarnya. Katanya, anak itu memang sering melihat hal seperti itu. Tapi setelahnya anak itu juga mau tidur di sana.

Setelah tragedi kerasukan itu saya kembali ke kamar, namun tidak berani sendiri. Setelah semua pack, saya dan keluarga menuju aula untuk arisan. Di sana mulailah kami bercerita horor ria. Ibu saya bercerita bahwa semalam ia bermimpi jika villa ini seperti rumah kuno yang di dalamnya terdapat barang-barang kuno. Ibu saya juga menceritakan kejadian yang saya alami semalam. Lalu saudara saya yang lainnya menanggapi bahwa Wawa juga awalnya saat tiba di sini melihat rumah ini seperti rumah kuno dan banyak wanita mengenakan kebaya. Gadis itu kemudian menangis dan mengajak pulang. Tahu tidak, ia melihat benda-benda kuno di kamar yang saya tiduri!

Saat kami sedang merencanakan kegiatan, tiba-tiba saudara saya tadi kumat lagi. Istrinya langsung menghampiri dan memutuskan untuk mendahului pulang. Antara percaya atau tidak. Tapi bukankah memang dunia kita itu berdampingan dengan sosok seperti itu? Kita tidak mengusik, maka mereka juga tidak akan mengganggu.

Sebenarnya saudara saya yang diduga kerasukan itu juga bukan tanpa sebab. Perutnya seperti dipukul dan menurut medis dia menderita maag dan diperkirakan asam lambungnya naik.

One more, entah bohong atau tidak, saat sedang memetik mangga di dekat jurang, saudara saya seperti mendengar perintah untuk turun ke jurang.

Sekian, terimakasih.
Hanya ingin berbagi pengalaman.


Salam hangat, robust(A)pi💄

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana kita bisa bersatu jika tempat kita berpijak saja sudah berbeda?

Aku berlari di antara hujan, berusaha berlari dari kenyataan. Namun akhirnya langkahku tersendal, terseret oleh kenyataan yang sedari tadi mengejar. Tubuhku lunglai terpuruk lemah. Hambar rasanya jika teringat segalannya.  Aku menatap ke atas, mendapati kau yang sudah mulai menapakkan kaki dan terbang. Sedangkan aku masih berjalan lemah dengan kaki yang nyaris patah. Namun kau tetap melangkah, seakan tak perduli kalau aku masih menyeret kakiku yang nyaris patah dengan gerakan yang lemah.  Awalnya, aku anggap perlakuanmu itu sebagai motivasi. Namun seiring berjalannya waktu ku sadar kau tak perduli. Sayang, aku lelah.  Aku lelah mengejar duniamu yang tak pernah bisa ku raih. Aku lelah mencari-cari perhatian yang selalu kau acuhkan. Sadarlah bahwa kau terlalu asik dengan duniamu. Bahkan kau selalu mengacuhkan segalanya yang aku berikan. Segala yang ku berikan kau anggap angin berlalu, atau mungkin hanya sebutir debu yang mustahil kau lihat. Bagaimana, Sayang? ...

Kepingan Rindu dari Aku (CERPEN)

Kepingan Rindu dari Aku “Aku kejar kamu! Dasar centil! Hahaha...” Aku berlari mengejar keponakanku yang berusia sekitar lima tahun itu Dirinya berlari menuju ke pendopo restoran itu, tempat dimana keluarga kami berkumpul. Terlalu asyik berlari, aku bahkan tidak memperhatikan sekitarku dan tidak sadar ketika tiba-tiba menabrak seseorang. “Maaf..” Maafku terpenggal tatkala aku melihat wajah orang yang berhasil menarik paksa bahagaiaku mengejar keponakanku. Persis seperti tiga tahun lalu, kala orang itu berhasil menarik paksaku dari kewarasanku. Bibir tipisnya membentuk lengkungan tipis yang membuat kedua sudut matanya tertarik ke atas. Senyuman manis, sama seperti dulu, yang bahkan tidak pernah dia tunjukkan kepadaku. Senyuman yang sejak dulu menjadi canduku, favorit bagiku. Senyuman yang selalu saja mampu melumpuhkan separuh inderaku. Demi Tuhan. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali melihat senyuman itu ditujukan padaku. Bahkan kurasa, tidak pernah. Yang aku ingat hanyalah:...