Tawaku perlahan memudar seiring turunnya hujan. Senyumku seakan hilang sejalan dengan matahari yang terbenam. Segalanya kemudian digantikan dengan tangisan sendu. Cairan bening perlahan menetes dari mataku yang sedari tadi berkaca-kaca. Butir pertama, mengingatkanku kepada kita. Beberapa tahun lalu saat kau dan aku saling mengenal, namun tidak saling cinta. Atau mungkin aku yang tak cinta, aku yang tak memahami dengan detail perasaanmu. Butir kedua, ingatanku kembali saat aku mulai menyadari segalanya. Kau cinta aku. Perlahan aku mulai memahami perasaanmu, namun saking seriusnya aku menghayatinya, hatimu perlahan masuk mengisi kekosongan hatiku. Dan aku, aku jatuh cinta kepadamu, benar-benar jatuh cinta. Butir ketiga, inilah yang membuatku hancur berkeping-keping, membuat hatiku hancur bagai reruntuhan daun di musim semi. Aku tahu betul perasaanmu, dan kau juga tahu betul perasaanku. Bahkan, kini untuk menyebut namamu saja tak sanggup. Aku tak sanggup karena sakitnya h...