Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

cerita kita

Tawaku perlahan memudar seiring turunnya hujan. Senyumku seakan hilang sejalan dengan matahari yang terbenam. Segalanya kemudian digantikan dengan tangisan sendu. Cairan bening perlahan menetes dari mataku yang sedari tadi berkaca-kaca. Butir pertama, mengingatkanku kepada kita. Beberapa tahun lalu saat kau dan aku saling mengenal, namun tidak saling cinta. Atau mungkin aku yang tak cinta, aku yang tak memahami dengan detail perasaanmu.  Butir kedua, ingatanku kembali saat aku mulai menyadari segalanya. Kau cinta aku. Perlahan aku mulai memahami perasaanmu, namun saking seriusnya aku menghayatinya, hatimu perlahan masuk mengisi kekosongan hatiku. Dan aku, aku jatuh cinta kepadamu, benar-benar jatuh cinta. Butir ketiga, inilah yang membuatku hancur berkeping-keping, membuat hatiku hancur bagai reruntuhan daun di musim semi. Aku tahu betul perasaanmu, dan kau juga tahu betul perasaanku. Bahkan, kini untuk menyebut namamu saja tak sanggup. Aku tak sanggup karena sakitnya h...

Bagaimana kita bisa bersatu jika tempat kita berpijak saja sudah berbeda?

Aku berlari di antara hujan, berusaha berlari dari kenyataan. Namun akhirnya langkahku tersendal, terseret oleh kenyataan yang sedari tadi mengejar. Tubuhku lunglai terpuruk lemah. Hambar rasanya jika teringat segalannya.  Aku menatap ke atas, mendapati kau yang sudah mulai menapakkan kaki dan terbang. Sedangkan aku masih berjalan lemah dengan kaki yang nyaris patah. Namun kau tetap melangkah, seakan tak perduli kalau aku masih menyeret kakiku yang nyaris patah dengan gerakan yang lemah.  Awalnya, aku anggap perlakuanmu itu sebagai motivasi. Namun seiring berjalannya waktu ku sadar kau tak perduli. Sayang, aku lelah.  Aku lelah mengejar duniamu yang tak pernah bisa ku raih. Aku lelah mencari-cari perhatian yang selalu kau acuhkan. Sadarlah bahwa kau terlalu asik dengan duniamu. Bahkan kau selalu mengacuhkan segalanya yang aku berikan. Segala yang ku berikan kau anggap angin berlalu, atau mungkin hanya sebutir debu yang mustahil kau lihat. Bagaimana, Sayang? ...

Bahagiamu-Bahagiaku

Lucu memang ketika mengingat masa lalu. Saat kita pertama bertemu di hari yang kelabu. Dengan semangat yang menggebu-gebu namun akhirnya pudar karena wajah merona milikmu. Senyummu, mendamaikan hatiku. Tawamu, bagai semangat hidupku. Tatapanmu seolah membuatku layaknya tuna rungu, membuatku diam membisu. Namun perlahan wajahmu yang merona hilang bersama ribuan bintang. Senyum manismu tenggelam bersama matahari. Tawamu perlahan lenyap seiring berakhirnya melodi. Segala yang kau miliki perlahan mulai meninggalkanku.  Memang kau tak pergi, memang kau masih tersenyum, memang kau masih tertawa, dan wajahmu juga masih merona. Betapa sakit hatiku ketika melihat matamu yang penuh cinta, mendengar semangat dari hatimu yang menggebu-gebu, melihat kedua ujung bibirmu yang terus terangkat. Ya, itu semua tentu bukan ditujukan untukku. Namun aku tetap bertahan, atau mungkin tertahan. Seolah aku terlihat orang paling bodoh di bumi ini. Seolah aku lumpuh, tak dapat pergi dari manapun, ...

CANDRA NAWA KIRANA SAKTI PRAJA

CANDRA NAWA   KIRANA SAKTI PRAJA CAKRA, itulah awal dari perjalanan kita. Saat kita meniti tali untuk mencari jati diri.. saat kita ragu untuk melangkah.. CAKRA, serangkaian kata indah yang memotivasi kita untuk terus melangkah, untuk terus berlatih, untuk terus berjuang.. CAKRA, sebuah keluarga yang membuat kita merasakan betapa hangatnya kekeluargaan, betapa indahnya cinta, betapa nikmatnya anugerah Tuhan.. CAKRA, ibarat sebuah lilin yang berpijar, memberikan keterangan dalam kegelapan.. memberikan keterangan layaknya dewi malam.. CAKRA memang tidak seperti lampu yang bersinar terang. CAKRA hanyalah bongkahan lilin yang berpijar, tapi CAKRA selalu berusaha memberikan keterangan.. Di sini kutemukan sebuah keluarga, di sini kutemukan seorang sahabat, di sini kutemukan arti cinta yang sebenarnya.. Kita bukan telur, bukan juga ayam, apalagi selada.. kita bukan pelengkap supaya nampak apik dipandang.. Kita adalah keluarga, kita berjalan beriringan, bersama.. menje...