Langsung ke konten utama

cerita kita

Tawaku perlahan memudar seiring turunnya hujan. Senyumku seakan hilang sejalan dengan matahari yang terbenam. Segalanya kemudian digantikan dengan tangisan sendu. Cairan bening perlahan menetes dari mataku yang sedari tadi berkaca-kaca.

Butir pertama, mengingatkanku kepada kita. Beberapa tahun lalu saat kau dan aku saling mengenal, namun tidak saling cinta. Atau mungkin aku yang tak cinta, aku yang tak memahami dengan detail perasaanmu. 

Butir kedua, ingatanku kembali saat aku mulai menyadari segalanya. Kau cinta aku. Perlahan aku mulai memahami perasaanmu, namun saking seriusnya aku menghayatinya, hatimu perlahan masuk mengisi kekosongan hatiku. Dan aku, aku jatuh cinta kepadamu, benar-benar jatuh cinta.

Butir ketiga, inilah yang membuatku hancur berkeping-keping, membuat hatiku hancur bagai reruntuhan daun di musim semi. Aku tahu betul perasaanmu, dan kau juga tahu betul perasaanku. Bahkan, kini untuk menyebut namamu saja tak sanggup. Aku tak sanggup karena sakitnya hatiku saat mengingat semuanya. Saat mengingat bahwa kau ternyata dalam diam telah memiliki hubungan dengan sahabatku yang lebih dari sekedar teman. 

Mungkin kau tidak memberi harapan palsu, hanya aku saja yang terlalu berharap. Tapi kumohon, hargai perasaanku. Hargai perasaanku yang telah datang mengendap-endap dengan susahnya, lalu kau patahkan dengan mudahnya. Jika ku tak bisa memilikimu, kumohon jaga dan hargai perasaanku. 

Meski kau tlah memperlakukanku dengan perlakuanmu yang menyakitkan, tapi aku tak akan membencimu. Karena bagaimanapun dulu kau adalah seseorang yang telah mengisi hatiku, dengan segenap cintamu dan cintaku yang akhirnya tak bisa bersatu.

Doaku selalu menyertaimu. Semoga kau bahagia dengan wanita pilihanmu, ku yakin dia yang terbaik untukmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MISTERI VILLA KALIURANG

Hai teman-teman pembaca setia. Saya kembali hadir menemani malam Anda dengan cerita yang agak mistik a.k.a horor. Oke, cekidot .. Singkat cerita, malam minggu kemarin (6.1.17) saya dan keluarga besar (satu Trah) liburan ke Kaliurang. Kami telah sepakat menyewa salah satu villa yang dekat dengan obyek Telaga Putri. Satu minggu sebelumnya, keluarga kecil saya lah yang men-survey tempat tersebut sambil mengakhiri masa liburan. Tepatnya hari Senin, 2 Januari 2017 saat cuti bersama. Saat itu saya dan keluarga sudah berhenti di villa lain, lalu berkata bahwa akan lihat-lihat dulu. Dan sampailah kami di Telaga Putri, hanya membayar tiket dan keluar lagi. Tidak sampai 1km, mobil keluarga saya berhenti dan menuju salah satu villa di dekat Telaga Putri yang terkesan "agak mendingan" dari yang lainnya. Tempat ini memang tidak terlihat horor dan catnya masih baru. Saya dan keluarga langsung turun, lalu menemui pemilik villa tersebut. Berbincang cukup lama, setelah meminta persetujuan a...

Bagaimana kita bisa bersatu jika tempat kita berpijak saja sudah berbeda?

Aku berlari di antara hujan, berusaha berlari dari kenyataan. Namun akhirnya langkahku tersendal, terseret oleh kenyataan yang sedari tadi mengejar. Tubuhku lunglai terpuruk lemah. Hambar rasanya jika teringat segalannya.  Aku menatap ke atas, mendapati kau yang sudah mulai menapakkan kaki dan terbang. Sedangkan aku masih berjalan lemah dengan kaki yang nyaris patah. Namun kau tetap melangkah, seakan tak perduli kalau aku masih menyeret kakiku yang nyaris patah dengan gerakan yang lemah.  Awalnya, aku anggap perlakuanmu itu sebagai motivasi. Namun seiring berjalannya waktu ku sadar kau tak perduli. Sayang, aku lelah.  Aku lelah mengejar duniamu yang tak pernah bisa ku raih. Aku lelah mencari-cari perhatian yang selalu kau acuhkan. Sadarlah bahwa kau terlalu asik dengan duniamu. Bahkan kau selalu mengacuhkan segalanya yang aku berikan. Segala yang ku berikan kau anggap angin berlalu, atau mungkin hanya sebutir debu yang mustahil kau lihat. Bagaimana, Sayang? ...

Kepingan Rindu dari Aku (CERPEN)

Kepingan Rindu dari Aku “Aku kejar kamu! Dasar centil! Hahaha...” Aku berlari mengejar keponakanku yang berusia sekitar lima tahun itu Dirinya berlari menuju ke pendopo restoran itu, tempat dimana keluarga kami berkumpul. Terlalu asyik berlari, aku bahkan tidak memperhatikan sekitarku dan tidak sadar ketika tiba-tiba menabrak seseorang. “Maaf..” Maafku terpenggal tatkala aku melihat wajah orang yang berhasil menarik paksa bahagaiaku mengejar keponakanku. Persis seperti tiga tahun lalu, kala orang itu berhasil menarik paksaku dari kewarasanku. Bibir tipisnya membentuk lengkungan tipis yang membuat kedua sudut matanya tertarik ke atas. Senyuman manis, sama seperti dulu, yang bahkan tidak pernah dia tunjukkan kepadaku. Senyuman yang sejak dulu menjadi canduku, favorit bagiku. Senyuman yang selalu saja mampu melumpuhkan separuh inderaku. Demi Tuhan. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali melihat senyuman itu ditujukan padaku. Bahkan kurasa, tidak pernah. Yang aku ingat hanyalah:...