Tawaku perlahan memudar seiring turunnya hujan. Senyumku seakan hilang sejalan dengan matahari yang terbenam. Segalanya kemudian digantikan dengan tangisan sendu. Cairan bening perlahan menetes dari mataku yang sedari tadi berkaca-kaca.
Butir pertama, mengingatkanku kepada kita. Beberapa tahun lalu saat kau dan aku saling mengenal, namun tidak saling cinta. Atau mungkin aku yang tak cinta, aku yang tak memahami dengan detail perasaanmu.
Butir kedua, ingatanku kembali saat aku mulai menyadari segalanya. Kau cinta aku. Perlahan aku mulai memahami perasaanmu, namun saking seriusnya aku menghayatinya, hatimu perlahan masuk mengisi kekosongan hatiku. Dan aku, aku jatuh cinta kepadamu, benar-benar jatuh cinta.
Butir ketiga, inilah yang membuatku hancur berkeping-keping, membuat hatiku hancur bagai reruntuhan daun di musim semi. Aku tahu betul perasaanmu, dan kau juga tahu betul perasaanku. Bahkan, kini untuk menyebut namamu saja tak sanggup. Aku tak sanggup karena sakitnya hatiku saat mengingat semuanya. Saat mengingat bahwa kau ternyata dalam diam telah memiliki hubungan dengan sahabatku yang lebih dari sekedar teman.
Mungkin kau tidak memberi harapan palsu, hanya aku saja yang terlalu berharap. Tapi kumohon, hargai perasaanku. Hargai perasaanku yang telah datang mengendap-endap dengan susahnya, lalu kau patahkan dengan mudahnya. Jika ku tak bisa memilikimu, kumohon jaga dan hargai perasaanku.
Meski kau tlah memperlakukanku dengan perlakuanmu yang menyakitkan, tapi aku tak akan membencimu. Karena bagaimanapun dulu kau adalah seseorang yang telah mengisi hatiku, dengan segenap cintamu dan cintaku yang akhirnya tak bisa bersatu.
Doaku selalu menyertaimu. Semoga kau bahagia dengan wanita pilihanmu, ku yakin dia yang terbaik untukmu.
Komentar
Posting Komentar